22 October 2018

TUGAS MANAJEMEN STRATEGI KERTAS KERJA

TUGAS MANAJEMEN STRATEGI



1. Apa manfaat kertas kerja audit bagi auditor ?
Jawab:

Manfaat kertas kerja bagi auditor ialah:

i. Sebagai pendukung utama atas laporan pemeriksaan akuntan.
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai. Hal ini juga merupakn bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai. Hal ini juga menunjukan bahwa pengujian yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar pelaksanaan secara implisit merupakan referensi laporannya yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan Dimanfaatkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit memadai.

ii. Sebagai alat untuk mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap pemeriksaan
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam beragai waktu, tempak, dan pelaksanaan. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang berbentuk kertas kerja pengkodinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.

iii. Menguatkan simpulan simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika dikemudian hari ada pihak – pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
iv. Sebagai bukti bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan norma pemeriksaan yang berlaku.

v. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan yang akan datang.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien,catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikanyang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal jurnal adjustment yangdisarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.

vi. Merupakan Alat untuk mengawasi dan mereview pekerjaan para pelaksana audit yang dilakukan oleh pada atasan.

2. Apa saja kriteria kertas audit yang baik?
Jawab:
Syarat kertas kerja audit antara lain sebagai berikut:
1. Lengkap
2. Bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung maupun kesalahan penyajian informasi
3. Didasarkan pada fakta dan argumen yang rasional
4. Disajikan secara sistematis, rapi dan mudah dipahami
5. Memuat hal yang penting dan relevan dangan pemeriksaan 
6. Mempunyai tujuan yang jelas
7. Sedapat mungkin menghindari pekerjaan menyalin
8. Dalam setiap kertas kerja audit harus mencatumkan kesimpulan dan comentar atau catatan review.

Kecakapan teknis dan keahlian profesional seorang auditor independen agar tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya.
Untuk membuktikan bahwa seseorang merupakan auditor yang kompeten, ia harus dapat menghasilkan kertas kerja yang benar - benar bermanfaat untuk memenuhi tujuan ini ada lima faktor dalam cara membuat kertas kerja yang baik yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Lengkap
Kertas kerja harus lengkap dalam arti sebagai berikut.

a) Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisisemua data penting yang harus di!antumkan dalam kertas kerja. 

b) Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. kertas kerja harus 
Dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang lengkap, tidak berisi informasiyang masih belum jelas atau pertanyaan yang belum terjawab.

2) Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam 
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis danperhitungan.

3) Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Analisis yang dilakukanoleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.

4) Jelas
Pejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak - pihak yang akan memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.

5) Rapi
Perapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja akan membantu auditor senior dalam mereview hasil pekerjaan stafnya serta memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

3. Bagaimana auditor mengorganisasikan kertas kerja dalam manajemen audit?
Jawab:

Kertas kerja audit pada audit manajemen mengelompokkan bukti-bukti yang diperoleh sesuaidengan elemen tujuan audit. Sehingga, setiap kertas kerja audit akan menyajikan temuankelompok criteria, penyebab, dan akibat, baik dalam bentuk temuan yang bersifat rinci maupun kesimpulan untuk masing-masing elemen tujuan audit tersebut 

4. Apa tujuan disusunnya program kerja audit?
Jawab:

Tujuan disusunnya program kerja audit ialah:

1. Merupakan suatu rencana yang sistematis tentang setiap tahap kegiatan yang bisa dikomunikasikan kepada semua tim audit.

2. Merupakan landasan yang sistematis dalam memberikan tugas kepada para auditor dan supervisornya.

3. Sebagai dasar untuk membandingkan  pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disetujui dan dengan standar serta persyaratan yang telah ditetapkan.

4. Dapat membantu para auditor yang belum berpengalaman dan membiasakan mereka dengan ruang lingkup tujuan serta langkah-langkah kegiatan audit.

5. Dapat membantu auditor untuk mengenali sifat pekerjaan yang telah dikerjakan sebelumnya.

6. Dapat mengurangi kegiatan pengawasan langsung oleh supervisor.


5. Apa perbedaan program kerja audit antara audit pendahuluan, pengujian dan review terhadap system pengendalian manajemen, dan audit lanjutan? jelaskan!
Jawab:
Program kerja audit untuk tahap audit pendahuluan mencakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit, cara pelaksanaan prosedur, dan sistem operasional yang diterapkandalam perusahaan tersebut. Sedangkan pada tahap audit pengujian dan review atas pengendalian manajemen, program kerja audit memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untukmenemukan bagian-bagian yang mengandung kelemahan pada Sistem Pengendalian Manajemen)SPM yang diterapkan pada objek audit. Dan sebaliknya pada tahap audit lanjutan, program kerja audit memuat langkah-langkah rinci untuk mendapatkan bukti yang cukup, material, dan relevan dalam mendukung temuan-temuan yang menjadi dasar rekomendasi (perbaikan)


6. Apakah perbedaan terebut (Soal 5) disebabkan semata-mata karena tujuan yang berbeda? Jelaskan!
Jawab:
Karena tujuan dari audit pendahuluan, audit pengujian dan review
atas pengendalian manajemen,serta audit lanjutan berbeda. Dimana tujuan audit pendahuluan adalah untuk mendapatkaninformasi latar belakang terhadap objek yang diaudit, tujuan audit pengujian dan review atas pengendalian manajemen adalah untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan, serta tujuan audit lanjutan adalah untuk memperoleh bukti yang cukup untuk mendukung tujuan audit yang sesungguhnya berdasarkan hasil review dan pengujian pengendalian manajemen.

SEMOGA BERMANFAAT!!!!
GOD BLESS YOU 

15 November 2016

Teori Konsumsi Dan Investasi (Mandala Manurung Edisi IV)

Teori Konsumsi Dan Investasi
Mandala Manurung  

BAB I
  1. PENDAHULUAN
Teori Konsumsi
Pengeluaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga/ masyarakat ( household consumption/private consumption). Namun dalam makalah ini, hanya dibahas pengeluaran konsumsi rumah tangga. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu:
  1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregat. Mengingat porsinya yang besar tersebut, maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap stabilitas perekonomian.
  2. Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Dalam arti, besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap memengaruhinya. Karena itu kita dapat menyusun teori dan model ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal sebagai teori dan model konsumsi (consumption theories/models).
  3. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat. Hal ini merupakan alasan lain yang membuat studi tentang konsumsi rumah tangga tetap relevan. Ini dibuktikan dengan munculnya teori-teori konsumsi yang lebih baru dan canggih, terutama karena mempertimbangkan unsur ketidakpastian (uncertainty), menggunakan model dinamis, dan peralatan analisisnya ekonometrika. Hanya saja, sebagai pelajaran pengantar, dalam bab ini teori/model konsumsi yang dibahas adalah model-model sederhana yang bersifat statis. Peralatan analisisnya pun hanya berupa tabel, grafis, dan kalkulus sederhana.




Teori Investasi
“Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”
Jika seorang ekonomi diminta untuk menafsirkan peribahasa yang sangat terkenal diatas, dia akan melihatnya dari sudut biaya kesempatan (opportunity cost). Dari sisi ilmu ekonomi, peribahasa diatas hanya bertanya, mana yang Anda pilih, senang sekarang atau lebih senang dimasa mendatang? Hidup Yang terbatasi waktu menyebabkan perencanaan alokasi sumber daya menjadi penting. Apa yang dimiliki sekarang dapat saja dikonsumsi seluruhnya untuk meningkatkan utylitas hidup saat ini. Tetapi habisnya sumber daya yang kita miliki, menyebabkan hidup dimasa mendatang menjadi hidup yang penuh penderitaan.
Keputusan menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan kemampuan menambah atau menciptakan nilai hidup ( penghasilan dan kekayaan ) dimasa mendatang merupakan investasi. Dalam bahasa yang lebih filosofis, segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menciptakan atau menambah nilai kegunaan hidup adalah investasi. Jadi investasi bukan hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga nonfisik, terutama peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
















BAB II
  1. ISI (KONSUMSI DAN INVESTASI)

      1. SUB-MATERI TEORI KONSUMSI
      2. Pengertian
      3. Jenis Konsumsi
      4. Teori Perilaku Konsumsi
      5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
      6. Contoh Kasus
      1. PENGERTIAN
Konsumsi adalah pemakaian barang hasil produksi atau setiap tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai ekonomi suatu benda. Contoh : memakan makanan, memakai baju, mengendarai kendaraan motor, menggunakan barang elektronik, dll.
      1. JENIS KONSUMSI
  1. Konsumsi Pemeintah (G)
Pengeluaran konsumsi pemerintah sama dengan produksi pemerintah yang dikonsumsi sendiri, yaitu produksi bruto pemerintah dikurangi penerimaan dari produksi berupa barang dan jasa yang dihasilkan.
  1. Konsumsi Rumah Tangga/ Masyarakat (C)
Pada dasarnya, faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah pendapatan, di mana korelasi keduanya bersifat positif yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga makin tinggi.
    C = f(Y)
      1. TEORI PERILAKU KONSUMSI
  1. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)
  1. Hubungan Pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current comsumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut konsumsi otonomus (autonomous consumption). Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersbut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposabel.
            Fungsi Konsumsi menurut Teori Keynes:
            C = C0 + b Yd
            Keterangan :
            C    =    konsumsi
            C0    =    konsumsi otonomus (autonomous consumption)
b    =    marginal propensity to consume (MPC) ; 0 < b < 1
            Yd    =    pendapatan disposabel
Kurva : Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi








Contoh:
Fungsi konsumsi suatu negara: C=40+0,75Yd, maka ini berarti bahwa pada saat pendapatan masyarakat (Yd=0), subsidi=40, dan setiap perubahan pendapatan akan mempengaruhi konsumsi sebesar 75%.










  1. Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi narginal (Marginal Propensity to Consume, disingkat MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposibel bertambah satu unit.
MPC = ∆C / ∆Yd

D:\Data Dari Laptop Cahyo\CahyoDATA\Perkuliahan\MK Teori Ekonomi Makro\2010\2010_06_25\9.jpg







  1. Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Comsume, disingkat APC), adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposibel total.
APC = C / Yd
Tabel : Hubungan Antara Pendapatan Disposabel dan Konsumsi, MPC dan APC
Pendapatan Disposabel
Konsumsi
Perubahan Pendaatan Disposibel
Perubahan Konsumsi
MPC
APC
0
200
-
-


1.000
1.000
1.000
800
0,80
1,00
2.000
1.800
1.000
800
0,80
0,90
3.000
2.600
1.000
800
0,80
0,87
4.000
3.400
1.000
800
0,80
0,85
5.000
4.200
1.000
800
0,80
0,84
    Catatan :    MPC = ∆C / ∆Yd
                APC = C / Yd









  1. Hubungan Konsumsi dan Tabungan
    Pendapatan disposibel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan:
Yd = C + S
Keterangan :
S = tabungan (saving)
    Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan diposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save, disingkat MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save, disingkat APS).
MPC dan MPS
Jika setiap tambahan pendapatan disposabel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi dan tabungan, maka :
Y + ∆Y = C + ∆C + S + ∆S
∆Y = (C + ∆C + S + ∆S) – Y , di mana Y = C + S atau 0 = ( C + S ) - Y
∆Y = (∆C + ∆S) + (C + S) – Y
∆Y = (∆C + ∆S) + 0
∆Y = (∆C + ∆S)
Jika persamaan ini dibagi ∆Y,
∆Y/ ∆Y = ∆C/ ∆Y + ∆S/ ∆Y
1 = MPC + MPS atau MPS = 1 – MPC
APC dan APS
Nilai total APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu. Pernyataan tersebut dengan mudah dibuktikan dengan menggunakan matematika sederhana di bawah ini:
Y = C + S
Jika persamaan ini dibagi Y, maka:
Y/Y =(C/Y) + (S/Y) di mana C/Y = APC dan S/Y=APS
1=APC+APS (terbukti)
  1. Model Konsumsi Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis of Consumtion)
Model konsumsi siklus hidup (life Cycle Hypotesis, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi besarnya pendapatan disposabel. Ternyata, pedapatan disposabel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode:
  1. Periode Belum Produktif
Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar usia 0 – 20 tahun. Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan.
  1. Periode Produktif
Periode ini umumnya berlangsung dari usia 20 – 60 tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 50 tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi.
  1. Periode Tidak Produktif Lagi
Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi 60 tahun. Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapat penghasilan.
    Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya. Ada saatnya mereka harus berutang/ mendapat tunjangan, ada saat harus menabung sebanyak-banyaknya dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. Andaikan tingkat konsumsi tahunan sepanjang hayat dianggap sama besar, maka perilaku manusia atau rumah tangga dapat digambarkan dengan menggunankan diagram berikut ini:

D:\Data Dari Laptop Cahyo\CahyoDATA\Perkuliahan\MK Teori Ekonomi Makro\2010\2010_06_25\10.jpg










  1. Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypotesis)
Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypotesis, disingkat PIH), diajukan oleh Millon Friedman. PIH menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen (permanent income).
C = λYp
di mana:
    C    = konsumsi
    Yp    = pendapatan permanen
Λ    = faktor proporsi, (λ ˃ 0)
        Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata-rata yang diekspektasi/diharapkan dalam jangka panjang. Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapat permanen. Kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada pendapatan permanen. Kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkan adalah adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income).
            Yd    = Yp + Yt
            di mana:
            Yd = pendapatan disposabel saat ini
            Yp    = pendapatan permanen
            Yt    = pendapatan transitori
  1. Teori Pendapatan Relatif ( Relative Income Hypothesis)
Teori pendapatan relatif (relative Income Hypothesis, di singkat RIH) yang dikembangkan oleh James Deuessenberry. Teori ini lebih memerhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan.

D:\Data Dari Laptop Cahyo\CahyoDATA\Perkuliahan\MK Teori Ekonomi Makro\2010\2010_06_25\11.jpg








      1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
  1. Faktor Ekonomi
  1. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Conttoh yang amat sederhana adalah jika pendapatan sang ayah masih sangat rendah biasanya beras yang dipilih untuk konsumsi juga beras kelas rendah atau menengah. Teetapi apabila penghasilan ayah semakin meningkat, beras yang dipilih sudah dinaikan menjadi beras kelas satu, misalnya beras Cianjur.
  1. Kekayaan Rumah Tangga (household Wealth)
Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposabel. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi
  1. Jumlah Barang-barang Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif atau menambah, dan negatif atau mengurangi.
  1. Tingkat Bunga atau Interest Rate
tingkat bunnga yang tinggi dapat mengurangi atau mengerem keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tigkat bunnga yang tinggi, maka biaya ekonomi atau oportunity cost dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
  1. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About the Future)
Jika rumah tangga memerkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi semakin meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, merekapun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.
  1. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Dimuka telah dikemukakan bahwa MPC pada kelompok masyarakat berpendapatan tinggi lebih rendah dibanding MPC pada kelompok masyakat yang berpendapatan rendah. Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.








  1. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
  1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata perorang atau perkeluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura, sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura.
  1. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya : usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sederhana seperti di bawah ini:
  1. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar atau baik. sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
  2. Makin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi.
  3. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban) pengeluaran konsumsi juga makin tinggi.










  1. Faktor-faktor Nonekonomi
Faktor-faktor nonekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola pikir kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal). Contoh paling kongkret di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan.
      1. Contoh Kasus
  1. Diketahui fungsi konsumsi : C=400+0,2Y
  1. Tentukan Fungsi Tabungan
  2. Besarnya tabungan saat Y    = 600
Jawab:
  1. S    = -C0 + (1- b).Y
               = -400 + (1-0,2).Y
               = -400 + 0,8.Y
Jadi fungsi tabungannya
S = -400 + 0,8Y
  1. Jika Y = 600
S    = - C0 + (1- b).Y
               = -400 + (1-0,2) 600
= -400 + (0,8) 600
= -400 + 480
= 80
Jadi, saat Y = 600, S = 80
  1. Diketahui : Sebelum bekarja konsumsinya Rp120.000/bulan. Setelah bekerja memperoleh pendapatan sebesar Rp300.000/bulan dan dapat menabung Rp60.000.
  1. Tentukan fungsi konsumsinya
  2. Berapa besar tabungan saat penghasilannya Rp 600.000/bulan
Jawab :
  1. Pada saat Y = 0, C = 120.000
C    = C0 + bY
C    = 120.000 + b.Y
Pada saat Y= 300.000, S = 60.000
C = Y – S
C = 300.000 – 60.000
C = 240.000
Maka :    C = 120.000 + b.Y
240.000 = 120.000 + b (300.000)
240.000 = 120.000 + 300.000b
b = (240.000 – 120.000) / 300.000
b = 0,4
Jadi, fungsi konsumsinya C = 120.000 + 0,4 Y

      1. INVESTASI
      2. Investasi Dalam Konteks Makroekonomi
      3. Nilai Waktu dari Uang
      4. Kriteria Investasi
      5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi
      6. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.    Investasi Dalam Konteks Makroekonomi
        Investasi merupakan konsep aliran karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
  1. Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Merupakan pengeluaran – pengeluaran untuk membeli pabrik – pabrik, mesin – mesin, peralatan – peralatan produksi dan bangunan gedung yang baru.Karena umurnya biasanya diatas setahun biasanya disebut investasi dalam bentuk harga tetap (fixed investment)
  1. Investasi Persediaan
Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi / sedang dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa depan.

2.2.2.    Nilai Waktu dari Uang
    Nilai uang yang sekarang tidak akan sama dengan nilai di masa depan. Ini berarti uang yang saat ini kita pegang lebih berharga nilainya dibandingkan dengan nilainya nanti di masa mendatang.
  1. Rumus Nilai Sekarang
V = X / (1 + r)t
Keterangan :
V = Present Value / Nilai Sekarang
X = Arus kas pada tahun ke-n
r = Rate / Tingkat bunga
t = Tahun Ke-n

  1. Rumus Nilai Masa Depan
F = A (1 + r)t
Keteragan :
F = Future Value / Nilai Mendatang
A = Arus Kas Awal
r = Rate / Tingkat Bunga
t = Tahun Ke-n

      1. Kriteria Investasi
Ada empat criteria investasi yang digunakan dalam praktek
a.      Payback Period
Payback period (Periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Dalam hal mengartikan pb ini harus dilihat criteria dikarenakan ada investasi yang memberikan keuntungan setelah jangka panjang contoh kelapa sawit  
b.      Benefit / Cost ratio
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost ) output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit)  jika nilai B/C = 1 maka B=C output yang dihasilkan sama dengan biaya
c.       Net Present Value
Metode ini memperhatikan nilai waktu dari uang, dengan cara mendiskontokan  perhitungan maka kita memperoleh selisih dari biaya total dengan penerimaan total bersih, selisih tersebut dinamakan NPV. Suatu proposal diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
d.      Internal Rate Of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV samadengan  nol.jika pada saat NPV = 0 nilai IRR =12 %  maka tingkat pengembalian investasi adalah 12 % keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r ). Jika r yang diinginkan adalah 15 % sementara IRR hanya 12 %  maka proposal ditolak.

      1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi
Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.
  1. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.
  1. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.
Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteksis, terutama di negara sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
  1. Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi  eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi berutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat,
karena tingkat pengendaliaan investasi dapat dinaikan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikan pajak, misalnya , diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Factor social politik juga menentukan gairah investasi , jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).
  1. Biaya investasi
Yang paling mennetukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman , makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun.
Namun  tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya totalinvestasi masih tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan. Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit belit dan lama (>3 tahun),menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, timgkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamaanan.

  1. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal Efficiency of Investment (MEI)
  1. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi dan Tingkat Bunga
Yang dimaksud dengan Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Efisiensi Modal Marginal (EMM) adalah tingkat pengendalian yang diharapkan (expected rate of return)dari setiap tambahan barang modal.
  1. Marginal Efficiency of capital (MEC) dan Marginal Efficiency of investment (MEI)
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian. Misalnya seperti tertera di bawah ini.

C:\Users\Asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCacheContent.Word\20161115_230209.jpg








Tetapi ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan cara penurunan kurva MEC diatas. Salah satu kelemahan cara penurunan di atas adalah harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap. Padahal jika permintaan akan barang modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan investasi tidak sebesar yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan hal di atas adalah kurva Marginal Efficiency of investment (MEI) atau Effisiensi Investasi Marginal (EIM). Kurva ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian, dengan memperhitungkan perubahan harga barang modal.
      1. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
    Ditingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga agar tingkat produksi tidak berkurang. Untuk itu stok barang modal tidak boleh berkurang. Dilihat dari sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok barang modal (capital stock adjustment process). Besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai persentase penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan.
Keputusan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal dapat memberikan dampak positif terhadap total perekonomian, sebab  peningkatan stok barang modal secara nasional akan dapat meningkatkan kegiatan produksi dan juga dapat memperluas kesempatan kerja.